Dimasa pandemi COVID-19 seperti saat ini, kontak fisik dibatasi, pembatasan sosial diberlakukan, guna memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Semua sektor terkena dampak dari pandemi ini, tidak terkecuali sektor pendidikan. Banyak universitas-universitas, sekolah-sekolah, maupun lembaga pendidikan non-formal lainnya terpaksa tutup.
Sistem pembelajarannya dipaksa berubah dari yang sebelumnya tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran jarak jauh (daring). Terdapat berbagai platform belajar daring (online) yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah dan guru untuk menjangkau peserta didik dari jarak jauh, baik itu berupa aplikasi, website, jejaring sosial, maupun Learning Management System (LMS). Contohnya Google Classroom, Moodle, Portal Rumah Belajar, Whatsapp dan lain-lain.
Maka dari itu, Hal seperti ini tentu tidak dapat dibiarkan, seharusnya pembelajaran daring tidak meninggalkan esensi dari pembelajaran itu sendiri, yakni dialog. Atas dasar itulah tim pengabdian masyarakat Politeknik Negeri Bengkalis berinisiatif menerapkan media pembelajaran daring dalam bentuk konferensi video yang memungkinkan terjadinya tatap muka secara virtual dengan para siswa, sehingga terjadi interaksi dua arah dalam proses pembelajarannya.
Tim pengabdian Polbeng yang terdiri dari dua orang dosen Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak Jurusan Teknik Informatika yakni Depandi Enda, M.Kom dan M. Asep Subandri, M.Kom, serta dua orang mahasiswa. Sekolah yang dipilih sebagai studi kasus ialah SMP Negeri 1 Bengkalis. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada Senin (29 /06/2020).
Seperti diutaraka Asep Subandri bahwa “Bukan tanpa kendala, banyak yang mengeluhkan penerapan kegiatan belajar mengajar secara daring ini. Hal yang paling mencolok adalah pada bentuk pembelajaran yang seharusnya berbagi informasi antara guru dan siswa, kini berubah menjadi pembelajaran dengan bentuk kirim materi/tugas saja. Penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan” terang Asep
Selanjutny, “Materi yang kebanyakan berupa bahan bacaan tidak bisa dipahami secara menyeluruh oleh siswa. Siswa beranggapan bahwa mambaca materi dan mengerjakan tugas saja tidak cukup, mereka membutuhkan penjelasan langsung secara verbal dari guru mengenai beberapa materi yang sifatnya kompleks. Komunikasi dengan guru melalui applikasi pesan instan ataupun pada kolom diskusi yang disediakan oleh applikasi kelas-kelas virtual tidak mampu memberikan penjelasan menyeluruh mengenai materi yang sedang dibahas” tutup Alumni ITS tersebut.
